Wahai paruh jiwaku
Bila cinta mulai berkecambah dalam garba hatimu
Apa yang kemudian akan terjadi?
Hati ataukah mulut yang kau biarkan bicara?
Nurani ataukah mata yang kau kenankah menatap?
Kalbu atahukah tangan yang kau izinkan menjamah?
Tidak cukupkah pelukan yang kutitipkan lewat angin?
Sehingga tak kenal waktu kau hirup wangi tubuhku
Haruskah begitu?
Bukankan angin tak lepas-lepas mendekapmu?
Atau masih kurangkah kecupan yang kutitipkan lewat hujan?
Sehingga kau terburu-buru mengkudap bibirku
Haruskah begitu?
Bukankah hujan tak tanggung-tanggung membasahi bibirmu?
Tidakkah pula lebih wajahku yang kuwakilkan pada langit?
Sehingga tiada kedip kau menelanjangi rupaku
Haruskah begitu?
Bukankah kau bisa memandang langit kapanpun kau mau?
Bagiku sudah cukup hati kita yang tak henti-henti bercumbu
Berkait erat di atas dipan-dipan surga yang begitu luas
Seluas hati kita yang bergerak memuja cinta
Cinta seharusnya begitu!
Kaliurang 12 Maret 2009
0 komentar:
Posting Komentar