Cerpen
[ Jawa Pos ; Minggu, 01 November 2009 ]
35 Cerita buat Seorang Wanita
Oleh : Agus Noor
Anjing
Ia berubah jadi anjing. Itulah hari paling membahagiakan dalam hidupnya. Anak istrinya yang kelaparan segera menyembelihnya.
Teka-teki Laki-laki yang Tak Kembali
Terkantuk-kantuk perempuan itu menunggu suaminya pulang. Terdengar kunci pintu dibuka pelan. Sejak itu suaminya tak pernah muncul.
Bayi
Tengah malam, bayi yang lapar itu terus menangis menjerit-jerit. Pelan-pelan ia mulai memakan jari-jarinya, lengan dan kakinya, melahap usus dan jantungnya, hingga tak bersisa.
Jangan Membunuh Ular di Hari Minggu
Kau bermimpi, seekor ular menyelusup masuk telinga ibumu. Kau menjerit, dan cepat-cepat menghantamnya. Saat terbangun, kau mendapati ibumu mati terkapar bersimbah darah. Kepalanya pecah.
Misteri Mutilasi
Ia memotong-motong tubuhnya sendiri, dan membuangnya ke kali. Polisi masih sibuk mencari pembunuhnya, sampai kini.
Api Sinta
Sinta berdiri di tepi api penyucian yang berkobar. ''Masuklah...,'' ujar Rama. ''Bila kau belum terjamah Rahwana, api itu akan menyelamatkanmu.''
Sinta menatap pangeran tampan itu dengan mata berkaca-kaca, sebelum akhirnya terjun dalam kobaran api. Semua yang hadir begitu lega ketika menyaksikan api itu perlahan padam: tubuh Sinta tak terbakar.
Hanya kedua payudaranya yang gosong.
Pengantin
Tak pernah ia bertemu perempuan secantik itu. Mengingatkannya pada Putri Tidur jelita. Ia jatuh cinta pada pandangan pertama dan meminangnya. Tak ada yang tahu ketika ia membawa mayat itu ke kamarnya.
Kisah Seorang Psikopat
Sebelum polisi tiba ia bergegas mengemas koper yang berisi potongan tubuhnya sendiri.
TKI yang Pulang Kampung
Ia dikabarkan mati. Saat ia kembali, keluarganya sedih. Tengah malam ia pun menggantung diri.
Ambulans yang Lewat Tengah Malam
Ambulans yang membawa jenazahmu berkali-kali oleng karena sopirnya ngantuk. ''Aku tak mau mati kecelakaan lagi,'' katamu. ''Sini, biar saya setir.'' Pak Sopir pun gantian istirahat di peti mati.
Kulihat ambulans itu melintas pelan menuju rumahmu.
Ulat dalam Kepala
Bocah itu begitu iba pada adiknya yang bertahun-tahun terbaring sakit dengan kepala yang makin membengkak. ''Seperti ada ribuan ulat di otakku,'' keluh adiknya selalu. Suatu hari bocah itu melihat ibunya membelah apel, dan ada ulat di dalamnya. Tengah malam, diam-diam, ia mengambil pisau. Kini ia tahu bagaimana menolong adiknya.
Mayat di Pinggir Kali
Mayat itu ditemukan telanjang di pinggir kali. Ia kemudian dilaporkan ke polisi dan dihukum lima tahun penjara karena dituduh melanggar Undang-undang Pornografi.
Sumur Tua di Belakang Rumah
Ada sumur tua di belakang rumahku. Setiap purnama air sumur itu memerah.
''Dulu,'' cerita Nenek, ''puluhan orang dibantai, dan dibuang ke dalamnya.'' Sejak itu, siapa pun dilarang mendekat.
Tapi diam-diam aku suka ke sana. Menyaksikan bangkai mayatku mengapung di dasar sumur itu.
Matinya Seorang Pelawak
Tak ada yang tersenyum menyaksikannya di panggung. Ketika ia mati, semua orang tertawa.
Sarapan Pagi
Potongan daging busuk penuh belatung berceceran di lantai. Bau busuk meruap kamar gelap itu. Sumanto menikmati sarapan paginya dengan tenang.
Salju
Matahari begitu terik. Sebutir salju melayang jatuh di telapak tangan. Ia berteriak gembira. Sejak itu orang-orang menganggapnya gila.
Saat Paling Indah dalam Hidup Sepasang Suami Istri
Keduanya duduk di beranda, menikmati teh hangat, memandang senja yang bagai usia perkawinan mereka. ''Ceritakan kisah paling lucu dalam hidupmu,'' kata si istri.
''Ialah ketika aku membunuhmu,'' jawab si suami.
Mereka pun tertawa.
Mudik Lebaran
Aneh sekali. Stasiun lengang dan sepi. Cuma ia sendiri. Sesekali terdengar lengking peluit. Tapi kereta itu tak juga muncul. Padahal ia sudah menunggu sejak Lebaran bertahun lalu.
Berita dari Koran Pagi
Ayahmu menggampar ibumu sampai mati karena ia telah menggorok kamu yang dengan sadis membacok ayahmu hingga tewas hanya karena tak membelikanmu mainan.
Tamasya Keluaga Seorang Kerani
Liburan sekolah ini ia ingin mengajak anak-anaknya tamasya. ''Meski miskin, sesekali perlu juga kita rekreasi,'' katanya. Anak-anak bersorak gembira. Menyisihkan sedikit uang gaji, digoncengnya anak-anak ke Kebun Binatang. Ia tersenyum menyaksikan mereka berlarian, main prosotan.
Mendadak ponselnya berbunyi. Dari istrinya, ''Katanya mau ngajak liburan. Anak-anak nunggu di rumah nih!''
Buru-buru ia ngebut pulang. Tapi di tikungan sepeda motornya terguling dan truk yang melaju kencang langsung menyambarnya. Sedetik sebelum nyawanya melayang, ia tiba-tiba teringat kalau istrinya sudah meninggal setahun lalu.
Hiroko
Ia tak terbangun ketika bom atom itu meledak di sampingnya.
Reinkarnasi
Setelah mati di masa depan, aku terlahir kembali di masa silam sebagai diriku yang sekarang.
Pohon Hayat
Ketika kanak, kau mendengar kisah pohon rimbun di alun-alun kotamu. Setiap selembar daunnya luruh, seseorang akan mati. Pernah sebagian besar daunnya rontok ketika terjadi pembantaian.
Saat ini kau gemetar memandangi satu-satunya daun yang tersisa di pohon itu.
Ibu yang Menunggu
Anaknya hilang saat kerusuhan. ''Mungkin diculik. Mungkin terpanggang api yang membakar pertokoan,'' kata orang-orang. Sejak itu ia selalu duduk termangu di beranda, hingga larut.
Bertahun-tahun kemudian para peronda masih sering melihatnya duduk di situ, meski ia telah lama mati dan rumah itu sepi.
Halte
Terkantuk-kantuk kau duduk di halte menunggu angkot yang akan membawamu pulang. Begitulah, setiap hari, kau selalu pulang kerja selarut ini.
Angkot datang. Kau segera masuk. Ketika angkot itu kembali melaju, kau menegok ke jalanan sepi di belakangmu. Kau melihat dirimu yang tengah terkantuk-kantuk menunggu di halte itu.
Ramalan
Suatu kali seorang peramal mendatangi. ''Kau akan mati ketabrak kereta api,'' katanya. Padahal ia tak pernah dilahirkan.
Kasus Salah Tangkap
Kau tak pernah bisa mengerti, kenapa polisi menangkapmu. Mereka terus menginterogasi. Menggertak dan memukulmu berkali-kali. Memaksamu agar mengaku. Kau dituduh membunuh kekasihmu. Padahal kekasihmu masih hidup. Kaulah yang mati.
Lelucon Seorang Badut
Ia suka menghibur diri di depan kaca dengan gerakan-gerakan paling lucu yang tak pernah bisa membuatnya tertawa.
Tabrak Lari
Saat terburu berangkat kantor kau menabrak pejalan kaki. Tubuhnya terpelanting dan tergilas. Kau terus tancap gas.
Malam harinya, istrimu begitu sedih saat mendapat kabar kalau kau mati tertabrak lari ketika pulang kerja sore tadi.
Kau menangis menceritakan kisah itu padaku yang tadi pagi mati karena tabrak lari.
Seusai Pemakaman
Seusai dikuburkan, ia pun kembali ke rumah. ''Ayah pulang! Ayah pulang!'' Anak-anaknya berlarian riang. Di pintu, mata istrinya berlinang.
Di Kafe
Sembari menunggu ia bercakap-cakap dengan tamunya yang tak pernah datang. Sampai kafe tutup. Dan ia pulang. Tapi pelayan kafe masih melihatnya terus duduk di kursi itu.
Alibi
Kau merasa senang karena akhirnya kau dibebaskan dari tuduhan. Polisi tak bisa mendakwamu, karena ketika kau terbunuh dan mayatmu ditemukan malam itu, kau memang tak ada di tempat kejadian.
Perempuan yang Mati Membakar Diri
Perempuan itu ditemukan mati gosong, sambil mendekap bayi yang disusuinya. Orang-orang yang mengangkat mayatnya bersumpah, kalau air susu perempuan itu masih menetes-netes dari putingnya.
Pada Sebuah Kuburan
Orang-orang bilang kuburan itu berhantu. Bila pulang malam-malam, kau pasti merinding setiap melewatinya. Seperti ada suara yang terus melolong. Kau sedih setiap kali mendengar lolong itu. Lolong itu selalu mengingatkanmu pada kejadian bertahun lalu, ketika kau dulu mati dipotong-potong dan dibuang ke kuburan itu.
Sebutir Debu
Tepat, ketika sebutir debu itu jatuh menyentuh tanah, semesta ini pun meledak.
---
Jakarta-Jogjakarta, 2008-2009 (Untuk Jenny Ang)
*) Agus Noor, cerpenis dan penulis naskah teater, tinggal di Jogja
0 komentar:
Posting Komentar